Laman

Kamis, 23 Juni 2011

Maaf membuatmu kecewa di hari kelahiranmu, adikku


tulisan ini ku dedikasikan untuk adikku tersayang, Aulia Sriwahyu Ningsih, yang amat kecewa karena aku tidak memberi ucapan selamat ulang tahun pada dirinya...

Hari itu memang hari yang spesial dimana engkau dikirim ke dunia
aku pun bahagia, karena Allah mengirimkanku seseorang seperti dirimu
Aku tau dan aku tak lupa


tapi patut engkau ketahui
bukanlah sesuatu yang paling penting di dunia ini jika orang yang engkau cinta memberikan ucapan selamat padamu
namun yang terpenting adalah orang-orang yang kau cintai itu memaknai hari lahirnya dirimu setiap hari, tak hanya satu hari saja


simak bacaan ini ya:

Seorang akhwat mendapatkan ucapan selamat ulang tahun dari kerabat dekatnya dan tidak jarang dari sahabatnya ataupun teman dekatnya yang tahu persis kapan ia dilahirkan. Terkadang agak bingung juga untuk menanggapinya karena mereka ini memang masih ”jahil” tentang masalah ini.Menjelaskan dengan lemah lembut dan hikmah adalah merupakan langkah yang bijaksana sambil menunggu ‘timing’ yang tepat dimana nasehat ini bisa masuk kedalam hati mereka, ternyata banyak yang akhirnya mengerti dan berkomentar… ”ooo..ternyata hal itu dilarang ya?? baru tahu deh saya…!” wah senangnya hati kita apabila dakwah ini berhasil dan sukses dan bila tidak maka memang hanya tugas kita menyampaikan saja, selebihnya masalah hidayah adalah ditangan-Nya semata.Jadi jangan berkecil hati ya,..??Nah, mari kita simak fatwanya yang membahas tentang masalah merayakan ulang tahun ini, agar hati kita jadi tambah terbuka dan mantap, insya Allah…!!
Pertanyaan:
Samahatusy Syaikh Ibnu Baz rahimahullah ditanya tentang) Apakah hukum merayakan Hari Ulang Tahun ?

Jawaban:Merayakan Hari Ulang Tahun tidak ada landasannya dalam syara’/agama kita yang suci bahkan ia (perbuatan itu) adalah bid’ah berdasarkan kepada sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam : ”Barangsiapa yang mendatangkan suatu perbuatan baru (mengada-ada) dalam urusan kita ini (agama) sesuatu yang bukan darinya maka hal itu adalah ditolak”. (Hadits Muttafatwa ‘ala shihhatihi = hadits yang sepakati atas keshahihannya).
Dan dalam lafazh Imam Muslim yang dita’liq kan (diriwayatkan secara mu’allaq) oleh Imam Bukhari rahimahullah dalam shahihnya dengan lafazh yang Jazm (tegas, pasti) : ”Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang bukan dari urusan kami (agama) maka hal itu adalah ditolak”.
Telah diketahui bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak pernah merayakan Hari Lahir (Hari Ulang Tahun) beliau selama hidupnya, tidak juga memerintahkan hal itu serta tidak pernah mengajarkannya kepada para shahabat beliau.. demikian juga halnya dengan para al-Khulafaur Rasyidun. Dan seluruh shahabat beliau tidak pernah melakukan hal itu padahal mereka adalah orang-orang yang paling mengetahui sunnah Nabi, orang-orang yang paling dicintai oleh beliau dan orang-orang yang paling komitmen dalam menjalankan ajaran beliau. 

Kami memohon kepada Allah agar kami dan seluruh kaum Muslimin dapat berketetapan hati (tsabat) dalam menjalankan kebenaran dan terhindar dari setiap hal yang bertentangan dengan syara’ Allah yang suci, sesungguhnya Dia adalah Maha Pemurah lagi Mulia.
[al-Fat�wa al-J�mi'ah lil Mar-ah al-Muslimah, Jilid. III, hal. 1099].
naaaaaahhh... sudah faham kan?

2 komentar:

  1. Artikel bagus..
    Coba terus dipertahankan ya untuk bisa terus lagi membuat artikel yang bermutu seperti ini..

    BalasHapus
  2. itukan hukum ?rayakannya, bagaimana dengan mengucapakan semelamat ultahnya?

    BalasHapus

Mohon untuk memberikan komentar yang sesuai dengan tema postingan.. dilarang keras untuk menggunakan kata-kata kasar,