Laman

Rabu, 19 Oktober 2011

Ini salah itu salah, kayaknya semuanya salah dimata kalian

lagi duduk-duduk di kantor, tiba-tiba terispirasi bikin tulisan ini..
izin corat coret yaa blogku sayang :)

jadi begini, hari ini dan mungkin di hari-hari yang lalu, entah mengapa yah, ketika diri yang hina ini mencoba untuk mengingatkan saudara/i mengenai suatu perkara, kok adaaaaaa aja yang tidak bisa menerimanya? padahal kan seseorang itu tidak boleh menolak kebenaran yang datang kepadanya (baca Jangan Menolak Kebenaran)
tapi kok masih ada aja ya?

Hati-hati dengan jilbabmu..


Jangan Menolak Kebenaran!

Allah telah mengutus segenap rasulNya kepada umat manusia. Allah memerintahkan mereka agar menyeru manusia beribadah kepada Allah dan mengesakanNya. Tetapi sebagian besar umat-umat itu mendustakan dakwah para rasul. Mereka menentang dan menolak kebenaran yang kepadanya mereka diseru, yakni tauhid. Oleh karena itu kesudahan mereka adalah kehancuran dan kebinasaan. 

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, 

"Tidak masuk Surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebe-rat atom rasa sombong."

Bagaimana Mengingkari Kemungkaran Dengan Hati Dan Hukum Meninggalkan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

ada sebuah hadist (saya lupa karena tidak hafal) yang menyatakan jikalau seseorang melihat suatu kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya, jika tak mampu dengan lisannya, dan jika tak mampu, cukup ingkari dalam hati.. bagaimanakah caranya mengingkari suatu kemungkaran dengan hati?

Hukum Tidak Mengingkari Kemungkaran Karena Ia Sendiri Melakukannya

Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan..  yap, itu benar.. dan semua orang itu berhak untuk menyampaikan kebenaran, siapapun orangnya.. tapi terkadang manusia enggan untuk menerima kebenaran yang disampaikan oleh seseorang yang 'ketahuan' bermaksiat.. mereka pun menolak kebenaran tersebut dengan dalih "yaelah, sok-sok an nasehatin orang lain, padahal diri sendirinya juga kayak gitu" atau "ngaca sama diri sendiri dulu, baru ngasih kaca ke orang lain". atau ada sebagian orang yang memang melakukan suatu kemaksiatan, dirinya sadar bahwa yang ia lakukan adalah maksiat, namun ketika ia melihat orang lain melakukan apa yang dilakukannya, ia enggan untuk menegur, karena apa? karena ia merasa tak berhak untuk menasehati karena ia pun melakukan kemaksiatan yang sama pula.. bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini? bukankah setiap manusia dibebankan untuk ber-amar ma'ruf nahi mungkar?

Cara Yang Baik Untuk Mengingkari Kemungkaran

Senin, 27 Desember 2004 07:22:11 WIB


CARA YANG BAIK UNTUK MENGINGKARI KEMUNGKARAN


Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Baz

Pertanyaan:
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : Kami perhatikan banyak sekali para pemuda yang antusias mengingkari kemungkaran, tapi mereka kurang baik dalam mengingkarinya. Apa saran dan petunjuk Syaikh untuk mereka, dan bagaimana cara terbaik untuk mengingkari kemungkaran?

Jumat, 14 Oktober 2011

Siapa Yang Mencaci Masa (Waktu) Maka Dia Telah Menyakiti Allah

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Firman Allah Ta'ala (artinya):
"Dan mereka berkata: 'Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup; dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa', dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja." (Al-Jatsiah: 24)



Bolehkah Berbicara Saat Mandi dan Wudhu?

Abu Al-Jauzaa' :, 01 Mei 2009


Diperbolehkan berbicara dan bercakap-cakap saat mandi dan wudlu. Ada beberapa hadits yang mendasari hal tersebut, antara lain :

Kamis, 13 Oktober 2011

Etika Muslim yang berada di Jalan

Berikut ini akan dipaparkan etika-etika seorang muslim ketika di jalanan:

1. Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain karena takabbur. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: 

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri". (Luqman: 18)

Memilih-Milih Guru/Ustadz dalam Menuntut Ilmu ?

Abu Al-Jauzaa' :, 30 Mei 2008 

Tanya : Ada sebagian orang yang yang mengatakan bahwa kita tidak boleh memilih-milih guru atau ustadz dalam menuntut ilmu agama karena (katanya) jika kita punya sikap memilih-milih menunjukkan bahwa kita termasuk orang yang sombong. Namun sebagian lain mengatakan bahwa kita tidak boleh sembarangan memilih guru/ustadz dalam hal itu. Bagaimana sebenarnya kedudukan permasalahan ini ?

Etika Majelis

Makan ada etikanya, tidur ada etika nya, berbicara ada etika nya, di majelis pun juga ada etikanya.. Apa saja etika dalam majelis? cekidot...

Rabu, 12 Oktober 2011

Untuk Siapa Amal Shalih Yang Dikerjakan Anak-Anak ? Dan Apakah Anak Kecil Bisa Memberi Syafaat ?

Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Baz

Pertanyaan.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : Apakah amal shalih anak yang belum baligh seperti shalat, haji dan bacaan Al-Quran, seluruh pahalanya milik kedua orang tuanya atau untuk pribadinya ?

Dalam Pertemuan Diperdengarkan Bacaan Al-Qur'an Dan Yang Hadir Tidak Menyimak, Siapakah Yang Berdosa?

Oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : Apabila dalam suatu majelis (perkumpulan) diperdengarkan kaset murattal (bacaan Al-Qur'an) tetapi orang-orang yang hadir dalam perkumpulan tersebut kebanyakan mengobrol dan tidak menyimak (mendengarkan) bacaan Al-Qur'an yang keluar dari kaset tersebut. Siapakah dalam hal ini yang berdosa ? Yang mengobrol atau yang memasang kaset itu ?

Rabu, 05 Oktober 2011

Menggantungkan Ayat Kursi


Di rumah kaum muslimin seringkali dipajang kaligrafi ayat kursi. Di antara tujuan mereka memasangnya ialah agar rumah tersebut tidak diganggu setan atau setan bisa menjauh dari rumah. Ada juga yang bertujuan untuk ‘ngalap berkah’ (tabarruk) dengan ayat Al Qur’an tersebut. Bagaimana ajaran Islam meninjau perbuatan ini?