Laman

Kamis, 23 Juni 2011

Hah? Apa? Murobbi?



Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh...
Mungkin beberapa dari kalian tidak asing lagi dengan kata "Murobbi", Yap! terutama untuk kalian-kalian yang nyemplung di dunia "liqo-an" pasti setiap liqo punya Murobbi sendiri-sendiri.. Hmmm....... Sebenernya apa sih kapasitas seorang Murobbi itu? Cekidoooooottttttt.....



Menurut hemat saya, murobbi adalah seorang da'i yang membina anak didikannya (baca: mad'u). tapi gak cuma da'i, tapi ia juga bertindak sebagai, teman, kakak, guru, wah pokoknya merangkap segala status deh..
Tapi tidak hanya sebatas untuk berdakwah saja, seorang murobbi pun 'katanya' juga harus dituntut untuk 'tahu' isi 'luar dan dalam' para mad'unya, wah... sekilas sih Murobbi itu 'Hebat' yah? tapi apa iya sehebat itu...?
 
Murobbi, hebat sih... Tapi di sekolahku kok...?

(Sebelumnya maaf jika ada murobbi dan murobbiyah yah merasa tersinggung dengan tulisan ini.. saya hanya memaparkan apa yang sudah terjadi di depan mata saya...)

Dengan tuntutan profesi seorang Murobbi yang saya paparkan di atas, seorang murobbi itu harus memiliki pengetahuan yang luas akan islam bukan? karena murobbi adalah gudang jawaban bagi para mad'unya.. namun apa jadinya jika profesi murobbi tersebut di ambil oleh sekumpulan anak-anak SLTA, yang belum menguasai paling tidak 'satu ilmu saja' ? (coba kalian pikir, Murobbi kalian di sekolah bisa ilmu apa? satu aja, dia ahli dalam masalah apa? fiqih? hadist? dsb.) Check this out:

contoh: "Menurut kakak sih......."

Mu: Murobbi
Ma: Mad'u

(ketika sedang pemberian materi liqo-an)

Ma: "kakak, maksud dari ayat Al-Qur'an yang ini apa sih kak?"
Mu: "ohh yang itu... Hmmmm, kalo menurut kakak sih begini dek, bla bla bla bla...."

Masih belum mengerti juga maksudnya?
jadi begini (berhubung saya sempat terlibat dalam sebuah liqo-an), pernah ada kejadian di sebuah liqoan, saat murobbi selesai memberikan materi, seorang mad'unya bertanya mengenai makna/tafsir dari suatu ayat dan parahnya, si Murobbinya yang gak menguasai bahasa arab menjawab dengan embel-embel -menurut saya- (masya Allah), seenaknya dia berkata seperti itu, bukankah yang seperti itu sama saja dengan mendahului seorang ulama? seorang ustad yang paham betul bahasa arab? Siapa dia sampai-sampai menafsirkan Al-Quran dengan penafsirannya sendiri? Renungkanlah....


Ayo jadi Murobbi yang baik!                                                                                                                         

yaa, untuk kalian yang menyandang status Murobbi SLTA, dengan keterbatasan ilmu kalian, kita tetap bisa kok jadi murobbi yang baik..jika merasa ilmu kalian sedikit, maka bawalah liqo-an kalian ke orang yang punya ilmu banyak, sering-sering datang ke kajian.. begitu lebih baik.. ya kan? Murobbi nya dapet ilmu, Mad'unya juga dapet..


Alhamdulillah, jadi juga tulisan ringkas ini, semoga bermanfaat bagi yang membaca, dan syukron sudah mau menyimak... ingat! kebenaran itu bisa datang dari siapa saja, tanpa perlu memandang siapa yang memberikannya, tapi Mencari kebenaran itu tidak boleh dari siapa saja! Ibarat nya kalian kuliah jurusan teknik, sudah bayar mahal-mahal tapi dapetnya dosen yang lulusan SLTA, apa kalian mau? tidak kan? pasti kalian menginginkan yang terbaik, ingin dosen sarjana, kalau bisa malah lulusan universitas luar negeri.. betul kan? Nah.. begitu juga dengan mencari kebenaran (baca:ilmu agama) jangan mau berguru sama anak SLTA, tapi carilah guru dengan ilmu setinggi-tingginya...

sekian dari ATS,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

1 komentar:

  1. Subhanallah...
    syukron..
    jazakillahu khoiron..

    sangat inspiratif dan menyadarkan..

    BalasHapus

Mohon untuk memberikan komentar yang sesuai dengan tema postingan.. dilarang keras untuk menggunakan kata-kata kasar,