Laman

Rabu, 19 Oktober 2011

Hukum Tidak Mengingkari Kemungkaran Karena Ia Sendiri Melakukannya

Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan..  yap, itu benar.. dan semua orang itu berhak untuk menyampaikan kebenaran, siapapun orangnya.. tapi terkadang manusia enggan untuk menerima kebenaran yang disampaikan oleh seseorang yang 'ketahuan' bermaksiat.. mereka pun menolak kebenaran tersebut dengan dalih "yaelah, sok-sok an nasehatin orang lain, padahal diri sendirinya juga kayak gitu" atau "ngaca sama diri sendiri dulu, baru ngasih kaca ke orang lain". atau ada sebagian orang yang memang melakukan suatu kemaksiatan, dirinya sadar bahwa yang ia lakukan adalah maksiat, namun ketika ia melihat orang lain melakukan apa yang dilakukannya, ia enggan untuk menegur, karena apa? karena ia merasa tak berhak untuk menasehati karena ia pun melakukan kemaksiatan yang sama pula.. bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini? bukankah setiap manusia dibebankan untuk ber-amar ma'ruf nahi mungkar?

Senin, 24 Januari 2005 06:07:59 WIB


HUKUM TIDAK MENGINGKARI KEMUNGKARAN KARENA IA SENDIRI MELAKUKANNYA


Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan:

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Ketika dikatakan, "Kenapa anda tidak mengingkari kemungkaran?" Ada yang mengatakan, "Bagaimana saya mengingkarinya sementara saya melakukannya." Lalu ia berdalih dengan firman Allah Ta'ala. "Artinya : Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri." [Al-Baqarah : 44]

Dan hadits yang menyebutkan tentang seorang laki-laki yang isi perutnya keluar di neraka. Bagaimana membantah orang yang seperti itu?

Jawaban:

Kami katakan: Sesungguhnya manusia telah diperintahkan untuk meninggalkan kemungkaran dan diperintahkan untuk mengingkari pelaku kemungkaran. Jika ternyata ia tidak meninggalkan kemungkaran, ia tetap mempunyai kewajiban lainnya, yaitu mengingkari pelaku kemungkaran.

Adapun yang disebutkan di dalam ayat tadi, itu merupakan celaan yang ditujukan kepada yang menyuruh orang lain berbuat baik tapi ia sendiri tidak melakukannya (padahal ia mampu melakukannya), bukan karena ia menyuruh mereka. Karena itulah disebutkan, "Maka tidakkah kamu berpikir." [Al-Baqarah: 44]. Apakah masuk akal bila seseorang menyuruh orang lain berbuat baik sementara ia sendiri tidak melakukannya? Tentu ini tidak masuk akal dan bertentangan dengan syari'at. Jadi larangan itu bukan untuk mencegah mengajak orang berbuat baik, tapi larangan memadukan keduanya, yaitu menyuruh orang lain sementara ia sendiri tidak melakukan. Demikian juga yang tersebut dalam hadits tadi, yaitu ancaman keras dicampakkan ke dalam neraka sehingga ususnya terurai, lalu para penghuni neraka mengerumuninya, lalu dikatakan kepada mereka, bahwa orang tersebut menyerukan kebaikan tapi ia sendiri tidak melakukannya dan mencegah kemungkaran tapi ia sendiri malah melakukannya. Ini juga menunjukkan bahwa orang tersebut terkena siksaan ini, tapi jika ia tidak mengingkari, bisa jadi siksaannya lebih berat.

[Alfazh wa Mafahim fi Mizan Asy-Syari'ah, hal 32-33, Syaikh Ibn Utsaimin]


[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syariyyah Fi Al-Masail Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-2, Darul Haq]



Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1313&bagian=0

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon untuk memberikan komentar yang sesuai dengan tema postingan.. dilarang keras untuk menggunakan kata-kata kasar,