Laman

Rabu, 07 September 2011

Pelawak mendapat Pahala karena menghibur orang lain.. Ah masa sih?


Dari zaman eyang kita sampe mungkin nanti zaman cucu-cucu kita, keberadaan acara komedi pastilah akan terus melengkapi layar televisi kita.. bahkan saat ini profesi pelawak atau komedian dinilai mendatangkan pahala karena membuat orang lain tertawa sehingga berkurangnya tingkat 'stres' seseorang.. benarkah? Ah masa sih? yang bener? 


Dari Abdullah bin Amir radhiallahu anhu dia berkata:

دَعَتْنِي أُمِّي يَوْمًا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ فِي بَيْتِنَا فَقَالَتْ هَا تَعَالَ أُعْطِيكَ فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا أَرَدْتِ أَنْ تُعْطِيهِ قَالَتْ أُعْطِيهِ تَمْرًا فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا إِنَّكِ لَوْ لَمْ تُعْطِهِ شَيْئًا كُتِبَتْ عَلَيْكِ كِذْبَةٌ

“Suatu hari ibuku memanggilku, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam duduk di dalam rumah kami. Ibuku berkata, “Hai kemarilah, aku akan memberimu sesuatu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bertanya kepada ibuku, “Apa yang akan engkau berikan kepadanya?” Ibuku menjawab, “Aku akan memberinya kurma.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada ibuku, “Ketahuilah, jika kamu tidak jadi memberikan sesuatu kepadanya, maka itu akan ditulis sebagai kebohongan atasmu.” (HR. Abu Daud no. 4991 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 748)

Dari Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya radhiallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

“Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud no. 4990, At-Tirmizi no. 2315, dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 7136)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukuplah seseorang (dianggap) berbohong apabila dia menceritakan semua yang dia dengarkan.” (HR. Muslim no. 5





Abu Mas’ud radhiallahu anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

بِئْسَ مَطِيَّةُ الرَّجُلِ زَعَمُوا

“Seburuk-buruk bekal yang dimiliki oleh seseorang (dalam berbicara) adalah ungkapan ‘menurut sangkaan mereka’.” (HR. Abu Daud no. 4872 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 866)

Maksudnya: Dia menyampaikan berita kepada orang lain hanya berdasarkan berita yang tidak jelas atau sangkaan-sangkaan orang saja.


Penjelasan ringkas:

Berdusta adalah dosa besar dan telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya pada seluruh keadaan. Baik itu berdusta kepada orang dewasa maupun kepada anak-anak, baik orang yang mendengar belum tahu itu dusta maupun orang yang mendengar sudah tahu itu dusta (misalnya cerita lucu yang semuanya sudah paham kalau cerita itu hanya karangan), baik dustanya menyebabkan orang lain terzhalimin maupun tidak. Semuanya merupakan kedustaan yang diharamkan atas setiap muslim untuk terjatuh di dalamnya.

Di antara kedustaan yang biasa tersebar di tengah-tengah manusia dan dianggap enteng oleh kebanyakan di antara mereka adalah:

1.    Berdusta kepada anak kecil dengan anggapan mereka masih kecil.
Termasuk di dalamnya mengingkari janji kepada anak kecil atau menjawab pertanyaan anak kecil dengan jawaban dusta.

2.    Menceritakan kedustaan kepada orang lain, baik sesuatu yang lucu maupun tidak. Baik di dalamnya mengandung pelajaran yang baik maupun tidak. Semua bentuk cerita fiktif atau karangan atau dongeng atau yang semacamnya tidak boleh diceritakan karena isinya merupakan kejadian yang tidak pernah terjadi, karenanya ceritanya dikatakan kedustaan.
Alasan di dalam kisahnya terdapat pelajaran dan nilai pendidikan tidaklah bisa menjadikan kedustaan itu menjadi halal.

3.    Melawak dengan menceritakan cerita dusta, baik orang yang mendengarnya tertawa maupun tidak, baik pendengar mengira itu adalah cerita sungguhan maupun mereka sudah tahu kalau cerita itu adalah dusta.

4.    Berdusta dalam ucapan keseharian agar dirinya tidak kena marah atau agar dirinya tidak dihina oleh manusia.

5.    Menceritakan semua kabar yang dia dengar. Hal itu karena dalam kehidupan sehari-hari dia pasti akan mendengarkan kabar yang benar dan kabar yang benar. Karenanya tatkala dia menceritakan semua yang dia dengar, maka pasti suatu ketika dia akan terjatuh dalam kedustaan dengan menceritakan kabar yang tidak benar.

6.    Menceritakan sesuatu yang belum jelas sumbernya atau belum jelas benar tidaknya.

1 komentar:

  1. Apa kah membaca novel yg berisi pelajaran petualangan juga dkatakan dusta? Krna itu adalah cerita khayalan yg dimaksudkan utk menghibur.
    Aku rasa tdk apa2 melawak. Asalkan niat .Allah menilai niat. Kalau niat org yg ngelawak utk membuat org lain tersenyum (bahagia), maka pahala utknya. Tp jika ngelawak niatnya (dlm hatinya)buat merendahkan orang lain maka itu yg salah sepahamku. Tergantung niat baik/buruk.
    Wallahualambissawab...

    BalasHapus

Mohon untuk memberikan komentar yang sesuai dengan tema postingan.. dilarang keras untuk menggunakan kata-kata kasar,