Laman

Senin, 04 Juli 2011

Akhwat Pembalap

     Weeeerrrrrr……………..! Hasna, yang sedang dibonceng suaminya takjub bukan kepalang, “Itu tadi akhwat apa pembalap??” seorang akhwat bermotor, melaju kencang dari jalur berlawanan.


     Sebenarnya, kalau mau ditururti, dia juga kadang masih pingin naik motor sendiri, terutama jika suami pas pergi dan tak bisa menemani. Tapi, selain memang suami melarang, dia sendiri juga risih dan malu. Masa, akhwat bersuami, berjilbab dan berjubah besar, masih pergi seorang diri? Gimana kalo mnejadi santapan mata-mata nakal jika tidak sengaja jilbab atau cadarnya (bagi yang bercadar) tersingkap? Gimana pula dengan mengetatnya jubah ke badan (ini yang sering terjadi terutama kalau ngebut), sehingga membentuk tubuh dan menonjolkan aurat bagian depan, terhempas angin kencang menerjang?


     Unik memang. Apa sih yang membuat seorang wanita –akhwat lagi- , yang mestinya identik dengan kelembutan, ikut-ikutan garang dijalanan? Terbawa suasana, mungkin saja. Mau cepat sampai tujuan, bisa juga. Dalih apapun, selama itu baik, sah-sah saja. Ibaratna seperti urusan makan. Makan karena lapar boleh saja. Tidak lapar pun, makan juga tidak mengapa. Namun tentu berbeda, cara dan adab makan seorang yang sudah paham ilmu agama, dengan yang awam, gak ngerti apa-apa, meskipun alasannya persis sama. Begitu pula dalam berkendaraan. Kenapa kebanyakan kita sebagai muslimah, bahkan banyak yang berpredikat ‘ustadzah’ masih juga tak kalah gaya dengan ‘cewek biasa’?

     Atau, mungkin mereka hanya tidak atau belum menyadari, betapa berisiko perbuatannya, secara fisik, tubuhnya akan tersiksa, dipaksa melawan angin hanya berbalut pakaian biasa, dengan efek jangka panjang yang pasti buruk bagi kesehatan. Dan adegan ‘indah’ yang dia pertunjukkan jelas tak sehat bagi jiwa dan mata-mata liar yang menikmati tonjolan aurat atau sekedar lekuk tubuhnya.

      Jika sudah begitu, ia hanya isa berdoa dan berharap, semoga mereka (atau para wali dan suami yang sangat tega melepas mereka pergi sendiri), segera menyadari kesalahannya. Semoga pula gersangnya jalanan, bisa sedikit lebih teduh dan indah tanpa ‘keindahan’ yang selama ini mereka pertontonkan. Wallahu a’lam
(elfata.edisi10 vol.09.2009 hlm.48)

4 komentar:

  1. Bagaimana cara agar tetap menutup aurat dan menjaga keamanan berkendara untuk seorang akhwat?

    BalasHapus
  2. hendaknya seorang akhwat berpergian bersama mahramnya, itu yang paling baik, namun kondisi di jaman sekarang cukup sulit untuk selalu berpergian dengan mahramnya, jadi intinya bagi akhwat yang memakai kendaraan umum cobalah untuk menjaga hijabnya..
    untuk yang memakai motor perhatikan rambu lalu lintas dan pakailah helm, itu sih kata pak polisi.. ;p hehehe..

    intinya dimanapun, kapanpun, dalam kondisi apapu, kepp your hijab..

    untuk cara agar tetap mneutup aurat yang paling aman adalah dengan memakai baju yang berlapis lapis, misal saat memakai rok, kamu juga harus pakai celana panjang juga supaya saat rok kamu tersingkap, masih ada cadangan yang menutupi aurat kamu.. begitu juga dengan jilbab, jika kainnya tipis, harud di dobel lagi dengan bahan yang agak tebal..

    mungkin seperti itu ukh

    BalasHapus
  3. Maaf, boleh ikut ngobrol..

    Sebenrnya nyaman gk sih pake jilbab..
    bukannya pakaian yg tertutup bikin badan gerah, panas, berkeringat..

    nah klo udah gitu gimana cara ngatasinya..
    thx for share..

    BalasHapus
  4. maaf ka , kalo saya boleh ngasih saran ,coba aja dulu pake hijab .. nanti lama-kelamaan juga biasa ko n gerahnya itu ga bkln brasa
    pake hijab itu kan buat mlindungi kitanya juga ,slama ini sih saya nyaman banget ,malah kalo saya ga pake hijab ,atau pake baju yang setengah lengan gitu ,saya malah ga mau kluar rumah . soalnya risih aja gitu ka
    tapi itu tergantung niatnya juga ,ka
    just share :D

    BalasHapus

Mohon untuk memberikan komentar yang sesuai dengan tema postingan.. dilarang keras untuk menggunakan kata-kata kasar,